watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

INCEST BARENG BIBI
<

Namaku Bobby Fabrizio. Aku
sekarang udah punya istri dan punya dua anak.
Terus terang, ketika pertama membuka situs ini,
geli rasanya hati ini. Pertama kali aku sempat
heran, kenapa kok banyak orang yang rela
membuka-buka “aib” sendiri dihadapan public
seperti di situs ini. Tetapi keherananku seperti
terjawab dengan sendirinya. Peduli amat ahh,
pikirku waktu itu. Dan, lama-kelamaan akhirnya
muncul juga keinginan untuk turut bagi-bagi
pengalaman tentang dunia seks yang ternyata
cukup luas, unik, menarik, seronok, dan bahkan
sering menjijikkan.
Pertamakali aku mengenal seks adalah saat aku
duduk di kelas dua smp. Waktu itu aku tinggal
bersama paman di kota Jbr, sedangkan
keluargaku tinggal di kota Bwi. Beda dengan saat
tinggal bersama keluargaku, di rumah paman ini
aku relative bebas bergerak sesukaku, apalagi
pamanku yang anggota TNI sering tidak berada
dirumah sementara istrinya, Bi Nikita, tidak berani
melarangku.
Salah satu hobi beratku waktu itu adalah
melototin TV sampai larut malam. Hingga suatu
saat, ada sebuah film menarik yang sedang aku
tonton, yang ternyata juga sempat membuat Bi
Nikita betah menontonnya hingga larut malam.
Saat itu aku hanya berdua dengan Bi Nikita. Maka
ketika sesekali Bi Nikita berkomentar, aku
langsung menyahut sekenanya. Sampai suatu
saat ada adegan yang agak porno dan panas,
tiba-tiba Bi Nikita nyeletuk: “Heh, yang ini kamu
gak boleh lihat, masih kecil!” katanya sambil
matanya tetap melotot ke layar TV.
Tanpa pikir panjang dan tanpa sadar bahwa Bi
Nikita adalah istri pamanku sendiri, waktu itu aku
menyahut dengan nada agak nakal. “Udah di
sunat kok Bi, tinggal nyoba pakeknya yang
belum,”. Kataku.
Mungkin karena merasa risih atau sungkan,
waktu itu Bi Nikita hanya diam dan tidak langsung
menanggapi celoteh nakalku. Entah kenapa,
waktu itu aku seperti sengaja memancing agar Bi
Nikita mau ngomong yang jorok-jorok. Maka
akupun terus berceloteh sesukaku. Dan tiba-tiba
Bi Nikita membuka mulutnya.
“Emang kamu ngerti yang gituan?”
“Ngerti dong. Wong nggak sulit kok!”
“Kalau ngerti ya udah!” katanya sambil melirik ke
arahku.
Setelah beberapa saat kami saling terdiam, lalu
aku coba membuka pembicaraan lagi. Dan kali ini
aku sengaja lebih mengarah.
“Bi, katanya kalau pertama begituan rasanya sakit
yah?”
“Nggak tahu!”
“Lho, waktu pertama dulu Bibi merasa gimana?”
“Lupa!”
“Kalau udah sering gituan, enak ya Bi?”
“Ahh kamu mau tahu aja!”
“Ya emang pingin tahu, Bi!” kataku sambil
menahan nafas yang terasa mulai menyesakkan
dada. Dan sejurus kemudian, istri paman yang
masih terlihat cantik dengan tubuh yang padat
berisi itu tiba-tiba menatapku tajam. Aku yang
waktu itu masih kuper, hanya bisa membalasnya
dengan senyum kecut, karena takut kalau-kalau
dia marah dan melaporkan kelakuanku kepada
paman. Tetapi, entah setan mana yang tiba-tiba
datang dan sengaja menebar godaan, hingga
tiba-tiba aku memberanikan diri mendekat kearah
sofa tempat duduk Bi Nikita.
Seperti sengaja memberiku kesempatan, waktu
itu Bi Nikita hanya diam saja ketika tangannya aku
pegang-pegang. Dan aku yang mulai tak
terkendali, terasa semakin berani melangkah lebih
jauh. “Jangan Bob! Aku ini Bibimu!,” rintihnya
ketika tanganku mulai menelusup masuk kebalik
baju dasternya yang longgar.
“Bi, ayo Bi. Aku ingin sekali merasakan!”
rengekku.
Dan, Ouuw, tanpa banyak ba-bi-bu lagi, tangan Bi
Nikita langsung meraih selangkanganku,
meremas kemaluanku dengan lembut sambil
matanya sedikit terpejam. Lalu aku balas dengan
meremas buah dadanya yang masih kenyal dan
menggemaskan. Dan setelah aku berhasil
melucuti daster Bi Nikita, ganti dia yang dengan
cekatan menarik resluiting celanaku, lalu
menariknya hingga aku telangjang.
Bi Nikita langsung jongkok di hadapanku. Lalu
dengan lahapnya dia melumat kemaluanku
sampai seluruh bagian diselangkanganku. Aku
hanya bisa merem-melek dibuatnya. “Ouuhhg,
terus Bi, terusss Bi.!” Kataku seperti melayang-
layang terbuai kenikmatan.
Setelah puas melumat alat vitalku, Bi Nikita lalu
berdiri persis dihadapanku sambil menyorongkan
vaginanya ke mukaku. Tanpa merasa jijik,
akupun menjilati lobang vagina Bi Nikita yang
sudah mulai basah. “Oughh Bob, teruss Bob..
terussss,.. achhhh,!” celotehnya sambil terus
menekan-nekan vaginanya ke arah mulutku…
“Teruss Bob, bibi hampirrrr, ooughh…!” erangnya
sambil mendekapkan kepalaku kearah
selangkangannya. Dan tiba-tiba Bi Nikita
menorongku hingga aku rebah di Sofa. Lalu dia
menindihku, sementara tangan kirinya menuntun
kemaluanku ke lobang Vaginanya.
“OOuuugghhh… SSsttttss!!” rintihnya ketika
kemaluanku sudah terjepit di selangkangannya. Bi
Nikita yang nampak mulai hilang kesadarannya
itu, mulai menggoyangkan tubuhnya. Matanya
terpejam, sedangkan dari bibirnya terus
mendesis seperti ular kobra yang hendak
mematukkan bisanya.
“OOOuuuugghhhhhh…….Aku kellluuuaarrrr
BBoooobb,!!” Jeritnya tertahan, sementara
tanganya mendekapku erat-erat. Lalu dia
menggolosoh di sampingku.
“Bi, aku belummm,!” bisikku ketelinganya.
Lalu, Bibi menarikku keatas tubuhnya yang sudah
basah oleh keringat. Sambil tetap memejamkan
matanya, Bi Nikita meraih kemaluanku dan
menuntunnya masuk ke lobang memeknya yang
sudah basah kuyup. “Ayo Bob,.. “ katanya lirih…
Dan, “OOuugghhh,… SSsttssss, achhhhhh,..
Biiii,!!”.. Spermaku pun muncrat dengan deras
setelah lima belas menit lamanya aku
menggesek-gesekkan kemaluanku dalam lobang
vaginanya….
Sejak kejadian malam itu, aku merasa seperti
orang yang ditakdirkan menjadi keponakan yang
paling kurang ajar terhadap pamannya sendiri.
Sebab, hampir setiap saat ketika paman tidak ada
dirumah, akulah yang menggantikan paman
untuk memuaskan nafsu birahi bibiku. Dan
kapanpun bibi mau, di kamar, di rang tamu, di
dapur ataupun di kamar mandi, aku selalu dapat
memuaskan nafsu bibiku


Adult | GO HOME | Exit
1/2940
U-ON

inc Powered by Xtgem.com